Sabtu, 02 Mei 2020

PEMIMPIN YANG BIJAKSANA MAU MENDENGAR SETIAP ASPIRASI (1 RAJA2 12:16-24)


PENULIS :
Pdt. Dr. Alfrets Daleno, S.Th, M.Pd.K

29 April – 5 Mei 2018
PEMIMPIN YANG BIJAKSANA MAU MENDENGAR SETIAP ASPIRASI
1 RAJA-RAJA 12:16-24
Pria/Kaum Bapa yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus Kristus.
Banyak orang ingin menjadi pemimpin tetapi persoalannya apakah keinginannya untuk menjadi pemimpin disertai dengan tindakan nyata setelah menjadi pemimpin? Apakah saat ia telah menjadi pemimpin ia mampuh melayani dengan baik atau tidak!. Dua pertanyaan ini sangat sulit dijawab tanpa harus membuktikan terlebih dahulu.
Sebelum kita menjawab dua pertanyaan diatas, mari kita pahami terlebih dahulu siapa pemimpin dan bagaimana memimpin. Pemimpin dalam Kamus bahasa Indonesia  sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Istilah pemimpin, kepemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama “pimpin”. Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan "pemimpin".
Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono, 1994 : 181).
Saudara yang dikasihi Tuhan
            Dengan memahami pengertian pemimin seperti yang telah diuraikan, maka kita dapat menjawab 2 pertanyaan di atas. Pertama menjadi pemimpin tidak sekedar berucap, atau berkata tanpa tindakan. Menjadi pemimpin adalah kerja nyata atau tindakan yang dapat dilihat dan dipertanggung jawabkan. Memiliki kerendahan hati dan peduli terhadap mereka yang menderita. Peka terhadap situasi dan kondisi, selalu mengutamakan kepentingan banyak orang dibanding dengan kepentingan sendiri.
            Pemimpin adalah pengerak dan pelaku terhadap program yang dirancangkan. Pemimpin adalah pelayan yang betul-betul melayani. Tugasnya adalah hamba yang dapat menjadi berkat. Pemimpin adalah mampuh mempertimbangkan segala sesuatu secara bijaksana. Pemimpin adalah mereka yang mampuh menampung aspirasi rakyatnya yang sementara ia pimpin, bahkan mampuh mengambil keputusan berdasarkan kehendak Allah dan untuk kepentingan banyak orang.
            Pemimpin dalam bacaan kita hari ini sudah sangat jelas pada kita, terhadap apa yang ia kerjakan. Ia adalah anak dari Raja Salomo yang memerintah selama 40 tahun (1 Raja-raja 11:41-43) yang mendapat perhentian dan dikuburkan bersama dengan nenek moyangnya di kota Daud. Nama pemimpin itu adalah Rehabeam. Kepemimpinannya adalah menggantikan ayahnya. Dalam kepemimpinan Rehabeam ada kekeliruan yang ia lakukan sebagai seorang pemimpin, yaitu tidak mendengarkan nasehat para tua-tua melainkan mendengar nasehat orang muda. Kekeliruan dalam pengambilan keputusan adalah sesuatu yang sangat fatal. Akibatnya adalah kehancuran.
            Mengabaikan nasehat yang benar adalah tindakan yang tidak bijaksana. Dan inilah juga yang dilakukan Rehabeam. Ia merasa tidak perlu mendengar nasehat mereka yang telah berpengalaman dan memilih mereka yang masih muda. Kekeliruan Rehabeam terhadap pengambilan keputusan adalah kebodohan. Ia harus kehilangan orang kepercayaan yaitu Adoram (ayat 18) sebagai kepala rodi  bahkan hampir tidak dapat meloloskan diri dari amukan masa. Bukan hanya itu, kekeliruan dalam pengambilan keputusan juga membawa pemimpin itu pada kehilangan kepercayaan atau jabatan yang dimiliki.
Saudara yang dikasihi Tuhan
            Dari perenungan kita hari ini, kita menemukan banyak pelajaran :
1.      Menjadi seorang pemimpin butuh kesiapan diri
2.      Pemimpin adalah orang yang dapat dipercaya
3.      Pemimpin adalah wakil rakyat/umat
4.      Pemimpin adalah mereka yang bersedia melayani dan menjadi hambah
5.      Pemimpin adalah mereka yang peduli terhadap penderitaan orang lain bukan menambah penderitaan (ayat 11)
6.      Pemimpin adalah yang mendengar nasehat yang benar bukan ketidak benaran.
7.      Pemimpin adalah hamba.
Menjadi pemimpin tidaklah muda, tidak sekedar slogan semata, atau sorga telinga. Melainkan menjadi pemimpin adalah keterpanggilan dan kepedulian  kita terhadap sesama yang membutuhkan. Menjadi pemimpin adalah merupakan contoh yang dapat dibanggakan oleh banyak orang dan sebagai pendengar yang baik bagi keluhan-keluhan mereka yang dipimpin.
Pria/Kaum Bapa yang dikasihi dan diberkati Tuhan
            Menjadi pemimpin masa kini adalah panggilan setiap orang percaya. Apa yang telah menjadi warisan para pemimpin sebelumnya yang baik dan berkenan kepada Allah menjadi contoh untuk diteruskan oleh kita pemimpin masa kini dan pemimpin masa depan. Kita baru menyelesaikan tugas dan kewajiban kita sebagai warga gereja yang baik, dengan memilih para pemimpin (Pemilihan Komisi Pria/Kaum Bapa di aras Jemaat, Wilayah dan Sinode) kita yang akan melanjutkan kepemimpinan yang sementara dijalankan sekarang. Harapan kita adalah bekerja bersama, saling mengingatkan, saling mendukung dan terutama saling mendoakan dan menguatkan akan menjadi kekuatan yang tidak dapat dikalahkan oleh apa pun. Harapan ini juga akan menjadi harapan semua orang yang telah memilih dan siap dipimpin oleh para pemimpin yang rendah hati.
            Jadilah pemimpin yang bijaksana, dengan selalu mengutamakan Tuhan dan Firman Allah menjadi pedoman dalam hidup. Menghargai semua masukan termasuk aspirasi dari bawa bagi kemajuan pelayanan. Jangn pernah merasa diri hebat apalagi sombong karena kepercayaan yang diberikan jemaat, wilayah dan sinode adalah kepercayaan yang diberikan oleh Tuhan Yesus sendiri. Berusahalah untuk selalu meminta hikmat Tuhan dan bimbingan Roh Kudus dalam mengambil keputusan dan berusahalah supaya tidak menjadi beban yang memberatkan melainkan menjadi kebanggan yang menggembirakan. Sesab, dengan menjadi pemimpin yang demikian kita akan memulainya dengan rumah tangga kita : menjadi ayah yang hebat bagi anak-anak sebagai pemimpin rumah tangga, menjadi suami yang dibanggakan dalam kehidupan bersama istri tercinta, serta menjadi anak yang taat dalam kehidupan keluarga kita termasuk jemaat dan masyarakat dimana kita beraktifitas, bergaul dan melayani.  Jadilah kebanggaan Kiritus dan selalu menjadi contoh yang baik bagi banyak orang terutama bagi sesama pria/kaum bapa, Tuhan Yesus Memberkati Amin.
Pertanyaan untuk diskusi :
1.      Bagaimana sikap seorang pemimpin yang bijaksana?
2.      Apa upaya kita sebagai seorang pemimpin dalam mendengar setiap keluh-kesah orang-orang yang kita pimpin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spiritualitas Kerukunan : Satu hati, satu suara.

  PENULIS : Pdt. Dr. Alfrets Daleno, S.Th, M.Pd.K   Minggu, 15 – 21 November   2020: Spiritualitas Kerukunan : Satu hati, satu sua...