PENULIS :
Pdt. Dr. Alfrets Daleno, S.Th, M.Pd.K
29
April – 5 Mei 2018
PEMIMPIN
YANG BIJAKSANA MAU MENDENGAR SETIAP ASPIRASI
1
RAJA-RAJA 12:16-24
Pria/Kaum Bapa yang dikasihi dan diberkati
Tuhan Yesus Kristus.
Banyak orang
ingin menjadi pemimpin tetapi persoalannya apakah keinginannya untuk menjadi
pemimpin disertai dengan tindakan nyata setelah menjadi pemimpin? Apakah saat
ia telah menjadi pemimpin ia mampuh melayani dengan baik atau tidak!. Dua
pertanyaan ini sangat sulit dijawab tanpa harus membuktikan terlebih dahulu.
Sebelum kita
menjawab dua pertanyaan diatas, mari kita pahami terlebih dahulu siapa pemimpin
dan bagaimana memimpin. Pemimpin dalam Kamus bahasa Indonesia sering
disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus,
penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya.
Sedangkan istilah Memimpin digunakan
dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya
mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Istilah pemimpin, kepemimpinan,
dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama “pimpin”. Pemimpin
adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran
formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu
memimpin. Istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan,
kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu
kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan "pemimpin".
Arti
pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan,
khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi
orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki
kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang ,
sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini
Kartono, 1994 : 181).
Saudara yang dikasihi Tuhan
Dengan
memahami pengertian pemimin seperti yang telah diuraikan, maka kita dapat
menjawab 2 pertanyaan di atas. Pertama menjadi pemimpin tidak sekedar berucap,
atau berkata tanpa tindakan. Menjadi pemimpin adalah kerja nyata atau tindakan
yang dapat dilihat dan dipertanggung jawabkan. Memiliki kerendahan hati dan
peduli terhadap mereka yang menderita. Peka terhadap situasi dan kondisi,
selalu mengutamakan kepentingan banyak orang dibanding dengan kepentingan
sendiri.
Pemimpin
adalah pengerak dan pelaku terhadap program yang dirancangkan. Pemimpin adalah
pelayan yang betul-betul melayani. Tugasnya adalah hamba yang dapat menjadi
berkat. Pemimpin adalah mampuh mempertimbangkan segala sesuatu secara
bijaksana. Pemimpin adalah mereka yang mampuh menampung aspirasi rakyatnya yang
sementara ia pimpin, bahkan mampuh mengambil keputusan berdasarkan kehendak
Allah dan untuk kepentingan banyak orang.
Pemimpin
dalam bacaan kita hari ini sudah sangat jelas pada kita, terhadap apa yang ia
kerjakan. Ia adalah anak dari Raja Salomo yang memerintah selama 40 tahun (1
Raja-raja 11:41-43) yang mendapat perhentian dan dikuburkan bersama dengan
nenek moyangnya di kota Daud. Nama pemimpin itu adalah Rehabeam.
Kepemimpinannya adalah menggantikan ayahnya. Dalam kepemimpinan Rehabeam ada
kekeliruan yang ia lakukan sebagai seorang pemimpin, yaitu tidak mendengarkan
nasehat para tua-tua melainkan mendengar nasehat orang muda. Kekeliruan dalam
pengambilan keputusan adalah sesuatu yang sangat fatal. Akibatnya adalah
kehancuran.
Mengabaikan
nasehat yang benar adalah tindakan yang tidak bijaksana. Dan inilah juga yang
dilakukan Rehabeam. Ia merasa tidak perlu mendengar nasehat mereka yang telah
berpengalaman dan memilih mereka yang masih muda. Kekeliruan Rehabeam terhadap
pengambilan keputusan adalah kebodohan. Ia harus kehilangan orang kepercayaan
yaitu Adoram (ayat 18) sebagai kepala rodi
bahkan hampir tidak dapat meloloskan diri dari amukan masa. Bukan hanya
itu, kekeliruan dalam pengambilan keputusan juga membawa pemimpin itu pada
kehilangan kepercayaan atau jabatan yang dimiliki.
Saudara yang dikasihi Tuhan
Dari
perenungan kita hari ini, kita menemukan banyak pelajaran :
1.
Menjadi seorang pemimpin butuh kesiapan diri
2.
Pemimpin adalah orang yang dapat dipercaya
3.
Pemimpin adalah wakil rakyat/umat
4.
Pemimpin adalah mereka yang bersedia melayani dan menjadi hambah
5.
Pemimpin adalah mereka yang peduli terhadap penderitaan orang lain
bukan menambah penderitaan (ayat 11)
6.
Pemimpin adalah yang mendengar nasehat yang benar bukan ketidak
benaran.
7.
Pemimpin adalah hamba.
Menjadi pemimpin tidaklah muda, tidak sekedar
slogan semata, atau sorga telinga. Melainkan menjadi pemimpin adalah
keterpanggilan dan kepedulian kita
terhadap sesama yang membutuhkan. Menjadi pemimpin adalah merupakan contoh yang
dapat dibanggakan oleh banyak orang dan sebagai
pendengar yang baik bagi keluhan-keluhan mereka yang dipimpin.
Pria/Kaum Bapa yang dikasihi dan diberkati
Tuhan
Menjadi
pemimpin masa kini adalah panggilan setiap orang percaya. Apa yang telah
menjadi warisan para pemimpin sebelumnya yang baik dan berkenan kepada Allah
menjadi contoh untuk diteruskan oleh kita pemimpin masa kini dan pemimpin masa
depan. Kita baru menyelesaikan tugas dan kewajiban kita sebagai warga gereja
yang baik, dengan memilih para pemimpin (Pemilihan Komisi Pria/Kaum Bapa di aras
Jemaat, Wilayah dan Sinode) kita yang akan melanjutkan kepemimpinan
yang sementara dijalankan sekarang. Harapan kita adalah bekerja bersama, saling
mengingatkan, saling mendukung dan terutama saling mendoakan dan menguatkan
akan menjadi kekuatan yang tidak dapat dikalahkan oleh apa pun. Harapan ini
juga akan menjadi harapan semua orang yang telah memilih dan siap dipimpin oleh
para pemimpin yang rendah hati.
Jadilah
pemimpin yang bijaksana, dengan selalu mengutamakan Tuhan dan Firman Allah
menjadi pedoman dalam hidup. Menghargai semua masukan termasuk aspirasi dari
bawa bagi kemajuan pelayanan. Jangn pernah merasa diri hebat apalagi sombong
karena kepercayaan yang diberikan jemaat, wilayah dan sinode adalah kepercayaan
yang diberikan oleh Tuhan Yesus sendiri. Berusahalah untuk selalu meminta
hikmat Tuhan dan bimbingan Roh Kudus dalam mengambil keputusan dan berusahalah
supaya tidak menjadi beban yang memberatkan melainkan menjadi kebanggan yang
menggembirakan. Sesab, dengan menjadi pemimpin yang demikian kita akan
memulainya dengan rumah tangga kita : menjadi ayah yang hebat bagi anak-anak
sebagai pemimpin rumah tangga, menjadi suami yang dibanggakan dalam kehidupan
bersama istri tercinta, serta menjadi anak yang taat dalam kehidupan keluarga
kita termasuk jemaat dan masyarakat dimana kita beraktifitas, bergaul dan
melayani. Jadilah kebanggaan Kiritus dan
selalu menjadi contoh yang baik bagi banyak orang terutama bagi sesama
pria/kaum bapa, Tuhan Yesus Memberkati Amin.
Pertanyaan untuk diskusi :
1.
Bagaimana sikap seorang pemimpin yang bijaksana?
2.
Apa upaya kita sebagai seorang pemimpin dalam mendengar setiap
keluh-kesah orang-orang yang kita pimpin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar