Sabtu, 02 Mei 2020

HATI YANG TERGERAK OLEH BELAS KASIHAN (LUKAS 15:11-32)


PENULIS :
Pdt. DR. Alfrets Daleno, S.Th, M.Pd.K

10-16 Feb  2019
Tema  :          Hati Yang Tergerak Oleh Belas Kasihan
BA       :           Lukas 15:11-32

MEMAHAMI TEMA
Tidak akan perna hilang dari ingatan saya, peristiwa yang luar biasa terjadi saat dalam sebuah perjalanan dari sekolah menuju ke rumah. Saat dalam perjalanan itu saya dan anak tertua melewati sebuah jalan yang tanpa sengaja di depan kami ada seorang anak yang cacat fisik terutama kehilangan kedua kakinya.
Tidak sekedar memandang saja, tetapi ada respon yang besar dari anak saya. Pa……berhenti (kalimat ini ia ucapkan supaya saya kendaraan kami harus berhenti ditengah ……padahal banyak juga kendaraan lain yang antri di belakang kami)….anak saya tidak peduli dengan bunyi klatson kendaraan debelakan kami. Ia meminta saya untuk memberikan uang kepada anak yang kami lihat dengan keterbatasan fisiknya. Saya bertanya : kenapa harus memberikan uang padanya? Jawaban anak saya…..Kasihan pa…..ia butuh bantuan kita……(…..dalam hati saya Puji Tuhan) Anak ini tergerak oleh belas kasihan dan melakukan hal yang luar biasa.
Dari bunyi klatson yang berulang-kali dilakukan, tiba-tiba diam. Saat kami berjalan maju, kendaraan-kendaraan lain yang antri dibelakang kami pun berhenti di tempat yang sama dan memberikan sejumlah uang kepada anak yang cacat tadi, dan semua kendaraan yang dapat kami pantaw dari kendaraan kami melakukan hal yang sama.
Apa yang kita lakukan dan itu baik, akan ditiruh orang lain untuk melakukan hal yang sama. Dan inilah buktinya, bahwa kebaikan akan membuahkan hasil yang baik pula. Perlu kita ingat bahwa dalam hidup kita ada Pribadi yang mengasihi kita, mencintai kita dengan KuasaNya yang tidak terbatas. Ia pedulih terhadap kita, Ia pun tidak ingin kita anak-anakNya hidup jauh dariNya. Dialah Allah di dalam Kristus yang mencintai kita semua dengan kasihNya yang tidak binasa.
Sebagai mana Allah mengasihi dunia, kita pun yang ada di dalam dunia berhaak mengasihi sesama kita yang membutuhkan. Belas kasih Allah terhadap dunia ditunjukanNya dengan menjelmah menjadi manusia dan mengorbankan diri dalam diri Yesus Kristus Tuhan kita, supaya kita yang berdosa ditebusNya dan diselamatkan.
Hati yang tergerak oleh belas kasihan itulah tema kita saat ini. Sebagaiman Allah mengasihi kita umatNya demikian pula kita mengasihi sesama kita. Pertanyaannya berapa besar kasih dalam bentuk kepedulian  kita terhadap mereka yang membutuhkan pertolongan saat bencana tiba atau saat kesusahan melanda mereka?

MEMAHAMI TEKS
Bacaan kita saat ini syarat akan makna kehidupan. Kenapa? Kisah anak bungsu yang meninggalkan ayahnya dan pergi untuk menghambur-hamburkan uang miliknya tidak hanya terjadi pada waktu itu. Dewasa ini juga ada begitu banyak orang yang karena kelimpahan harta yang ia miliki, harus meninggalkan istri dan anak-anaknya pergi dan hidup berfoya-foya, dan nantinya kembali saat kondisi tubuh dalam keadaan sakit. Ini salah satu dari sekian banyak hal yang terjadi sekarang.
Injil Lukas 15:11-32 adalah kisah keluarga yang memiliki dua orang anak yang masing-masing anak memiliki hak yang sama dalam hal harta kekayaan ayahnya. Anak bungsu dalam kisah ini, meminta bagiannya dan menjualnya untuk kepentikang dirinya sendiri. Tidak peduli lagi dari mana dan siapa yang memberikan harta ini kepadanya.
Keinginan daging untuk hidup berfoya-foya telah membutahkan akal sehat anak bungsung ini. Yang ada justru adalah kesenangan semata. Pergi jauh dari keluarga itulah pilihanya. Apa yang terjadi saat ia jauh dari bapanya. Hidup tidak terkontrol terjadi. Pesta pora selalu dilakukan. Menghambur-hamburkan uang itu pun dilakukannya. Akibatnya adalah kemiskinan. Habis segala hartanya dan tidak sedikitpun kebahagiaan diterimanya.
Tidak ada pilihan lain, selain harus mencari pekerjaan apa pun itu agar bisa menyambung hidupnya. Bekerja menjadi seorang upahan pun harus dijalaninya agar dapat hidup. Begitu sulitnya pekerjaan ini, begitu beratnya hidup yang harus dijalaninya tanpa ada keluarga disampingnya. Makanan babi pun dipilihnya untuk mengganjal perut yang kosong. Dan disinilah titik baliknya. Saat kesulitan dan tidak berdaya, ia ingat akan ayahnya. Pertobatan dan kembali kejalan yang Tuhan inginkan itulah yang tepat dan harus dilakukan oleh mereka yang tersesat dalam hidup.
Kembali kepada bapanya itu kerinduan anak bungsu ini. Ia tidak lagi memikirkan kedudukan atau jabatan dalam keluarganya, karena ia merasa ia tidak layak dan hanya bisa diterima sebagai seorang upahan ayahnya. Namun kenyataan berkehendak lain, ia pun disambut ayahnya dengan belas kasihan bahkan dipakaikan cincin dan pakaian yang indah. Pesta pun dilakukan sebagai penyambutan terhadapnya. Diluar apa yang ia pikirkan. Ayahnya begitu menyayanginya. Ia yang telah mati kini bangkit lagi, ia yang telah hilang kini telah kembali. Sungguh belas kasih ayahnya menutupi semua pelanggarannya.
Sekalipun demikian rasa cemburu dari sang kakak terhadap bungsu pun terjadi. Namun dapat diantisipasi oleh ayahnya dengan mengatakan bahwa engkau selalau bersama-sama dengan aku dan hartaku juga menjadi milikmu. Belas kasih dapat mengalahkan apa pun di dunia ini, termasuk kita yang tidak layak pun akan dilayakan Tuhan oleh belas kasihNya bagi kita.
Pertanyaannya, bagaimana sikap kita terhadap anak-anak kita, saat mendapati mereka melakukan kebaikandalam hidup? Atau sebaliknya apa tindakan kita terhadap anak-anak kita saat kita mendapati mereka melakukan pelanggaran kemudian menyesal dan berubah?

MENDALAMI TEKS
Kisah anak bungsu pergi ke negeri seberang dan menghambur-hamburkan uangnya adalah contoh kehidupan yang masih terjadi dewasa ini. Merasa memiliki segalanya tetapi melupakan siapa pemilik segala sesuatu. Memang aka nada kontra antara si bungsu dan anak tertua. Kontranya adalah kenapa ia yang menghambur-hamburkan uang dan menikmati kebahagiaan, ia juga masih terus dikasihi ayahnya. Sedangkan anak tertua yang berjuang dengan keras supaya milik ayahnya tetap terjaga tidak pernah dirayakan keberhasilannya.
Ada yang menarik dari kisah ini. Di mana orang yang kembali kejalan yang benar, orang yang bertobat, orang yang berubah, ia mendapat belas kasih dari Allah sendiri sebagai anak yang hilang yang telah didapatkan kembali. Artinya betapa berharganya  mereka yang bertobat dan kembali dihadapan Tuhan. FirmanNya satu orang yang bertoobat melebihi Sembilan puluh Sembilan orang yang tidak memerlukan pertobatan. Dan bukankah Yesus pun pernah meninggalkan begitu banyak domba dan mencari satu dombah yang tersesat. Ini pelajaran yang hebat bagi kita.
Kita adalah anak bungsu ini, tersesat dengan segala keinginan kita, namun cepat disadarkan untuk kembali. Saat ia melihat ampas atau makanan ternak, ia ingin memakannya tetapi tidak ada yang memberikannya, ia tahu bahwa dirumah ayahnya orang upahan pun tidak makan makanan ternak apalagi ia sebagai anaknya. Keinginan untuk kembali kepada ayahnya membuat ia dikasihi. Ia tahu ia tidak layak namun ia sadar pulah bapanya adalah orang yang penuh belas kasih. Ayahnya dapat menerima ia kembali, sekalipun yang ia harapakan bukan pakaian yang indah atau cincin yang berharga, tetapi menjadi orang upahan pun baginya itu sudah cukup.
Anak yang hilang telah kembali, anak yang mati kini bangkit lagi.  Hal ini menunjukan kkepada kita, betapa kita sangat berharga di mata Tuhan, dan betapa Tuhan mengasihi kita.
Pertanyaannya bagaimana sikap kita dalam memanfaatkan kesempatan yang Tuhan berikan bagi kita, saat kita kembali ke jalan Tuhan? Apa yang harus kita kerjakan?

MENDALAMI TEMA
Sesungguhnya kita yang sebenarnya harus dihukum karena kejatan kita, karena dosa kita, menerima belas kasih Allah dalam pengorbanan Kristus Tuhan kita supaya kita bisa diselamatkan olehNya. Belas kasihan Allah membawa kita pada keselamatan dan ini jelas. Yohanes 3:16 Karena begitu besar kasih Allah. Allah sendiri berprakarsa untuk menyelamatkan dunia ini dan keselamatanNya kekal dan abadi.
Kita yang telah menerima keselamatan dari Allah adalah orang-orang yang berbahagia karena Ia mauh supaya  hidup kita menjadi berkat. Sekalipuun dalam menjalani hidup ini tidak semuda dengan membalikan ttelapak tangan, tetapi bukan berarti kita tidak mampuh mrenghadapinya. Persoalan boleh ada, pergumulan boleh didepan kita, namun iman kita tidak akan pernah berkurang karena Tuhan Yesus akan memampuhkan kita untuk melihat kemurahanNya dari belas kasihanNya pada kita dan kita pasti mampuh melewatinya.
Keyakinan iman akan mengubah segala sesuatu. Iman inilah yang timbul dari anak bungsu, saat ia menyadari akan kesalahannya dan bertobat. “Aku akan bangkit dan pergi kepada Bapaku”: sungguh ini tanda pemulihan dari keterburukan. Bahkan ia pun meneruskan dengan ungkapan : “Bapa aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa, jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa”. Artinya dari sebuah pertobatan, tidak mengharapkan yang lebih. Menjadi orang upahan saja itu sudah cukup. Ini pelajaran iman bagi kita, bahwa Allah tidak menerima kita sebagai orang upahan, tetapi Ia menerima kita sebagai anak-anakNya, yang dikasihi dan dicintai.
Bukti cinta Allah bagi kita anak-anakNya, adalah ppenyambutanNya dalam kisah ini, dengan memberikan pelukan dan ciuman, pakaian maha indah dan cincin kebesaran, pestah yang mega adalah gambaran bahwa Allah menerima kita yang berdosa, bertobat dan kembali kepadaNya.
Belas kasih Allah saja yang menjadi dasar kita dipilh dan diselamatkan. Sekalipun kita sadari, pasti ada yang tidak senang jika seorang yang bertobat, kembali kejalan Tuhan dan hidupnya diberkati. Ada iri hati, dengki dan perlakukan yang tidak baik, bisa terjadi bagi kita yang telah berubah, dari orang-orang yang ada disekitar kita termasuk keluarga. Namun, percaya saja mereka adalah urusan Tuhan. Allah sendiri yang akan memberi mereka pengertian. Tugas kita adalah berubah sesuai belas kasih Tuhan dan hidup menjadi  berkat.
Pertanyaannya bagi kita: Bagaimana kita memanfaatkan belas kasih Allah dalam tindakan kita setiap hari sebagai suami dan ayah dalam keluarga dan sebagai seorang pekerja dan hambah dalam pelayanan? (Alda)
























10-16 Feb  2019
Tema  :          Hati Yang Tergerak Oleh Belas Kasihan
BA       :           Lukas 15:11-32
Pria/Kaum Bapa yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus Kristus.
Sebagai orang percaya dalam memahami kisah ini, ttentunya kita akan dibawa pada penilaian terhadap dua orang kakak beradik terutama dalam mereka memanfaatkan waktu, tenaga dan uang/harta yang mereka miliki.
Anak bungsu dalam kisah ini, memberi kita banyak pelajaran. Ia tidak haya punya keinginan yang besar, namun keinginannya membuakan hasil yang buruk dalam hidupnya. Ia lebih memilih untuk mengambil bagiannya dan menjualnya serta pergi menghambur-hamburkan uang, pesta pora, hidup dengan para wanita pelacur dan lain sebagainya. Akaibatnya adalah kehilangan harta, jatuh miskin dan tidak berdaya. Ini adalah gambaran hidup manusia, yang tidak taat dan ingin hidup tidak terarah.
Hidup atas kehendak sendiri, tentunya berbeda dengan hidup atas kehendak Allah. Perbedaannya adalah orang yang mengandalkan kekuatannya akan jatuh dan tidak berdaya sebelum ia kembali kejalan yang benar. Sedangkan orang yang hidupnya bergantung pada Allah diberkati. Contoh dalam Alkitab : Yusuf (Kejadian 39:2-5) Ia disertai Tuhan dan apa saja yang diperbuatnya berhasil. Bukan hanya itu ia juga menjadi orantg kepercayaan dari pada Potifar. Jadi orang yang hidup dengan Tuhan pastilah berbeda dengan mereka yang mengandalkan kekuatan mereka sendiri.
Pria/Kaum Bapa yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus Kristus.
Sekarang kita melihat apa reaksi dari kakak atau anak sulung sang bapa dalam kisah ini. Ia begitu kecewa dengan ayahnya : “telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melangar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembeli anak lembuh tambun itu untuk dia”(29-30). Bagaimana reaksi dari sang ayah menanggapi pertanyaan ini : “Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapatkan kembali”(31-32).
Sungguh dua sikap yang berbeda soal penerimaan, yang kakak melihat sibungsu dari kejahatannya, tetapi sang ayah melihatnya dari belas kasihan. Ia yang mati telah bangkit dan yang hilang telah kembali. Demikian sesungguhnya tanggapan akan muncul dalam hidup kita, dengan orang-oarang yang ada dengan kita siapapun itu, sebab pasti kenapa mereka yang berbuat jahat, saat mereka kembali diberkati? Kita bagaiman? Sungguh penilaian inilah yang berbeda dengan Allah. Ia tidak peduli seberapa besar dosa yang kita buat, tetapi Ia ingin kita kembali kepadaNya dan menerima berkat yang melimpah, keselamatan, kedudukan yang kekal dalam kerajaannya.
Dengan demikian dalam perenungan ini, mari kita cepat menyadari dalam hidup ini, jika ada pelanggaran dan dosa yang dibuat, untuk kembali pada bapa sebagai pemilik hidup ini. Jangan takut dengan manusia yang membenci, bukan tugas kita membalas kebencian, namun tugas kita adalah percaya bahwa Tuhan telah mengampuni kita dan kita akan diberkatiNya menjadi anak-anakNya.
Jangan pernah menyerah pada keadaan. Saat kesulitan melanda, saat badai hidup menrpa Tuhan Yesus Nahkota sejadi akan selalu bersama dengan kita anak-anakNya. Ia tidak akan membiarkan hidup kita, diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angina pengajaran dan permainan palsu manusia, tetapi Ia akan menolong kita melewati samudera hidup ini dan samapai tujuan dengan selamat.
Jadikan Tuhan Yesus yang utama dalam hidup kita, sebab ia mengasihi kita. kasihNya tidak terbatas, Ia ingin hidup kita diberkati. Ia pun mengharapkan kita menjadi anak-anak yang kuat dalam menghadapi pergumulan hidup.
Kalau kita harus menderita karena kebenaran, percayalah Tuhan Yesus telah lebih dahulu menderita supaya saya dan saudara selamat. Jangan pernah kuatir, Tuhan Yesus berani menjamin hidup kita. Ia dapat mengubahkan banyak hal. Ia juga dapat menunjukan, mujizat-mujizatNya bagi kita yang berharap kepadaNya.
Percayalah Belas Kasih Allah didalam Kristuslah yang membawa kita menjadi orang-orang pilihan, diberi berkat jabatan dan kedudukan atas kepercayaan yang Tuhan percayakan. Jangan sombong, tetap rendah hati dan andalkan Tuhan selalu. Tuhan Yesus memberkati kita anak-anakNya Amin. (Alda)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Spiritualitas Kerukunan : Satu hati, satu suara.

  PENULIS : Pdt. Dr. Alfrets Daleno, S.Th, M.Pd.K   Minggu, 15 – 21 November   2020: Spiritualitas Kerukunan : Satu hati, satu sua...