PENULIS :
Pdt. DR. Alfrets Daleno, S.Th, M.Pd.K
10-16
Feb 2019
Tema : Hati
Yang Tergerak Oleh Belas Kasihan
BA : Lukas
15:11-32
MEMAHAMI
TEMA
Tidak akan perna hilang dari ingatan saya, peristiwa yang
luar biasa terjadi saat dalam sebuah perjalanan dari sekolah menuju ke rumah.
Saat dalam perjalanan itu saya dan anak tertua melewati sebuah jalan yang tanpa
sengaja di depan kami ada seorang anak yang cacat fisik terutama kehilangan
kedua kakinya.
Tidak sekedar memandang saja, tetapi ada respon yang
besar dari anak saya. Pa……berhenti (kalimat
ini ia ucapkan supaya saya kendaraan kami harus berhenti ditengah ……padahal
banyak juga kendaraan lain yang antri di belakang kami)….anak saya tidak
peduli dengan bunyi klatson kendaraan debelakan kami. Ia meminta saya untuk
memberikan uang kepada anak yang kami lihat dengan keterbatasan fisiknya. Saya
bertanya : kenapa harus memberikan uang padanya? Jawaban anak saya…..Kasihan pa…..ia butuh bantuan kita……(…..dalam
hati saya Puji Tuhan) Anak ini tergerak oleh belas kasihan dan melakukan hal
yang luar biasa.
Dari bunyi klatson yang berulang-kali dilakukan,
tiba-tiba diam. Saat kami berjalan maju, kendaraan-kendaraan lain yang antri
dibelakang kami pun berhenti di tempat yang sama dan memberikan sejumlah uang
kepada anak yang cacat tadi, dan semua kendaraan yang dapat kami pantaw dari
kendaraan kami melakukan hal yang sama.
Apa yang kita lakukan dan itu baik, akan ditiruh orang
lain untuk melakukan hal yang sama. Dan inilah buktinya, bahwa kebaikan akan
membuahkan hasil yang baik pula. Perlu kita ingat bahwa dalam hidup kita ada
Pribadi yang mengasihi kita, mencintai kita dengan KuasaNya yang tidak
terbatas. Ia pedulih terhadap kita, Ia pun tidak ingin kita anak-anakNya hidup
jauh dariNya. Dialah Allah di dalam Kristus yang mencintai kita semua dengan
kasihNya yang tidak binasa.
Sebagai mana Allah mengasihi dunia, kita pun yang ada di
dalam dunia berhaak mengasihi sesama kita yang membutuhkan. Belas kasih Allah
terhadap dunia ditunjukanNya dengan menjelmah menjadi manusia dan mengorbankan
diri dalam diri Yesus Kristus Tuhan kita, supaya kita yang berdosa ditebusNya
dan diselamatkan.
Hati yang tergerak oleh belas kasihan itulah tema kita
saat ini. Sebagaiman Allah mengasihi kita umatNya demikian pula kita mengasihi
sesama kita. Pertanyaannya berapa besar kasih dalam bentuk kepedulian kita terhadap mereka yang membutuhkan
pertolongan saat bencana tiba atau saat kesusahan melanda mereka?
MEMAHAMI
TEKS
Bacaan kita saat ini syarat akan makna kehidupan. Kenapa?
Kisah anak bungsu yang meninggalkan ayahnya dan pergi untuk
menghambur-hamburkan uang miliknya tidak hanya terjadi pada waktu itu. Dewasa
ini juga ada begitu banyak orang yang karena kelimpahan harta yang ia miliki,
harus meninggalkan istri dan anak-anaknya pergi dan hidup berfoya-foya, dan
nantinya kembali saat kondisi tubuh dalam keadaan sakit. Ini salah satu dari
sekian banyak hal yang terjadi sekarang.
Injil Lukas 15:11-32 adalah kisah keluarga yang memiliki
dua orang anak yang masing-masing anak memiliki hak yang sama dalam hal harta
kekayaan ayahnya. Anak bungsu dalam kisah ini, meminta bagiannya dan menjualnya
untuk kepentikang dirinya sendiri. Tidak peduli lagi dari mana dan siapa yang
memberikan harta ini kepadanya.
Keinginan daging untuk hidup berfoya-foya telah
membutahkan akal sehat anak bungsung ini. Yang ada justru adalah kesenangan
semata. Pergi jauh dari keluarga itulah pilihanya. Apa yang terjadi saat ia
jauh dari bapanya. Hidup tidak terkontrol terjadi. Pesta pora selalu dilakukan.
Menghambur-hamburkan uang itu pun dilakukannya. Akibatnya adalah kemiskinan.
Habis segala hartanya dan tidak sedikitpun kebahagiaan diterimanya.
Tidak ada pilihan lain, selain harus mencari pekerjaan
apa pun itu agar bisa menyambung hidupnya. Bekerja menjadi seorang upahan pun
harus dijalaninya agar dapat hidup. Begitu sulitnya pekerjaan ini, begitu
beratnya hidup yang harus dijalaninya tanpa ada keluarga disampingnya. Makanan
babi pun dipilihnya untuk mengganjal perut yang kosong. Dan disinilah titik
baliknya. Saat kesulitan dan tidak berdaya, ia ingat akan ayahnya. Pertobatan
dan kembali kejalan yang Tuhan inginkan itulah yang tepat dan harus dilakukan
oleh mereka yang tersesat dalam hidup.
Kembali kepada bapanya itu kerinduan anak bungsu ini. Ia
tidak lagi memikirkan kedudukan atau jabatan dalam keluarganya, karena ia
merasa ia tidak layak dan hanya bisa diterima sebagai seorang upahan ayahnya.
Namun kenyataan berkehendak lain, ia pun disambut ayahnya dengan belas kasihan
bahkan dipakaikan cincin dan pakaian yang indah. Pesta pun dilakukan sebagai
penyambutan terhadapnya. Diluar apa yang ia pikirkan. Ayahnya begitu
menyayanginya. Ia yang telah mati kini bangkit lagi, ia yang telah hilang kini
telah kembali. Sungguh belas kasih ayahnya menutupi semua pelanggarannya.
Sekalipun demikian rasa cemburu dari sang kakak terhadap
bungsu pun terjadi. Namun dapat diantisipasi oleh ayahnya dengan mengatakan
bahwa engkau selalau bersama-sama dengan aku dan hartaku juga menjadi milikmu.
Belas kasih dapat mengalahkan apa pun di dunia ini, termasuk kita yang tidak
layak pun akan dilayakan Tuhan oleh belas kasihNya bagi kita.
Pertanyaannya,
bagaimana sikap kita terhadap anak-anak kita, saat mendapati mereka melakukan
kebaikandalam hidup? Atau sebaliknya apa tindakan kita terhadap anak-anak kita
saat kita mendapati mereka melakukan pelanggaran kemudian menyesal dan berubah?
MENDALAMI
TEKS
Kisah anak bungsu pergi ke negeri seberang dan
menghambur-hamburkan uangnya adalah contoh kehidupan yang masih terjadi dewasa
ini. Merasa memiliki segalanya tetapi melupakan siapa pemilik segala sesuatu.
Memang aka nada kontra antara si bungsu dan anak tertua. Kontranya adalah
kenapa ia yang menghambur-hamburkan uang dan menikmati kebahagiaan, ia juga
masih terus dikasihi ayahnya. Sedangkan anak tertua yang berjuang dengan keras
supaya milik ayahnya tetap terjaga tidak pernah dirayakan keberhasilannya.
Ada yang menarik dari kisah ini. Di mana orang yang
kembali kejalan yang benar, orang yang bertobat, orang yang berubah, ia
mendapat belas kasih dari Allah sendiri sebagai anak yang hilang yang telah
didapatkan kembali. Artinya betapa berharganya
mereka yang bertobat dan kembali dihadapan Tuhan. FirmanNya satu orang
yang bertoobat melebihi Sembilan puluh Sembilan orang yang tidak memerlukan
pertobatan. Dan bukankah Yesus pun pernah meninggalkan begitu banyak domba dan
mencari satu dombah yang tersesat. Ini pelajaran yang hebat bagi kita.
Kita adalah anak bungsu ini, tersesat dengan segala
keinginan kita, namun cepat disadarkan untuk kembali. Saat ia melihat ampas
atau makanan ternak, ia ingin memakannya tetapi tidak ada yang memberikannya,
ia tahu bahwa dirumah ayahnya orang upahan pun tidak makan makanan ternak
apalagi ia sebagai anaknya. Keinginan untuk kembali kepada ayahnya membuat ia
dikasihi. Ia tahu ia tidak layak namun ia sadar pulah bapanya adalah orang yang
penuh belas kasih. Ayahnya dapat menerima ia kembali, sekalipun yang ia
harapakan bukan pakaian yang indah atau cincin yang berharga, tetapi menjadi
orang upahan pun baginya itu sudah cukup.
Anak yang hilang telah kembali, anak yang mati kini
bangkit lagi. Hal ini menunjukan kkepada
kita, betapa kita sangat berharga di mata Tuhan, dan betapa Tuhan mengasihi
kita.
Pertanyaannya
bagaimana sikap kita dalam memanfaatkan kesempatan yang Tuhan berikan bagi
kita, saat kita kembali ke jalan Tuhan? Apa yang harus kita kerjakan?
MENDALAMI
TEMA
Sesungguhnya kita yang sebenarnya harus dihukum karena
kejatan kita, karena dosa kita, menerima belas kasih Allah dalam pengorbanan
Kristus Tuhan kita supaya kita bisa diselamatkan olehNya. Belas kasihan Allah
membawa kita pada keselamatan dan ini jelas. Yohanes 3:16 Karena begitu besar
kasih Allah. Allah sendiri berprakarsa untuk menyelamatkan dunia ini dan
keselamatanNya kekal dan abadi.
Kita yang telah menerima keselamatan dari Allah adalah
orang-orang yang berbahagia karena Ia mauh supaya hidup kita menjadi berkat. Sekalipuun dalam
menjalani hidup ini tidak semuda dengan membalikan ttelapak tangan, tetapi
bukan berarti kita tidak mampuh mrenghadapinya. Persoalan boleh ada, pergumulan
boleh didepan kita, namun iman kita tidak akan pernah berkurang karena Tuhan
Yesus akan memampuhkan kita untuk melihat kemurahanNya dari belas kasihanNya
pada kita dan kita pasti mampuh melewatinya.
Keyakinan iman akan mengubah segala sesuatu. Iman inilah
yang timbul dari anak bungsu, saat ia menyadari akan kesalahannya dan bertobat.
“Aku akan bangkit dan pergi kepada Bapaku”: sungguh ini tanda pemulihan dari
keterburukan. Bahkan ia pun meneruskan dengan ungkapan : “Bapa aku telah
berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak
bapa, jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa”. Artinya dari sebuah
pertobatan, tidak mengharapkan yang lebih. Menjadi orang upahan saja itu sudah
cukup. Ini pelajaran iman bagi kita, bahwa Allah tidak menerima kita sebagai
orang upahan, tetapi Ia menerima kita sebagai anak-anakNya, yang dikasihi dan
dicintai.
Bukti cinta Allah bagi kita anak-anakNya, adalah
ppenyambutanNya dalam kisah ini, dengan memberikan pelukan dan ciuman, pakaian
maha indah dan cincin kebesaran, pestah yang mega adalah gambaran bahwa Allah
menerima kita yang berdosa, bertobat dan kembali kepadaNya.
Belas kasih Allah saja yang menjadi dasar kita dipilh dan
diselamatkan. Sekalipun kita sadari, pasti ada yang tidak senang jika seorang
yang bertobat, kembali kejalan Tuhan dan hidupnya diberkati. Ada iri hati,
dengki dan perlakukan yang tidak baik, bisa terjadi bagi kita yang telah
berubah, dari orang-orang yang ada disekitar kita termasuk keluarga. Namun,
percaya saja mereka adalah urusan Tuhan. Allah sendiri yang akan memberi mereka
pengertian. Tugas kita adalah berubah sesuai belas kasih Tuhan dan hidup
menjadi berkat.
Pertanyaannya
bagi kita: Bagaimana kita memanfaatkan belas kasih Allah dalam tindakan kita
setiap hari sebagai suami dan ayah dalam keluarga dan sebagai seorang pekerja
dan hambah dalam pelayanan? (Alda)
10-16
Feb 2019
Tema : Hati
Yang Tergerak Oleh Belas Kasihan
BA : Lukas
15:11-32
Pria/Kaum Bapa yang dikasihi dan diberkati
Tuhan Yesus Kristus.
Sebagai orang percaya dalam
memahami kisah ini, ttentunya kita akan dibawa pada penilaian terhadap dua
orang kakak beradik terutama dalam mereka memanfaatkan waktu, tenaga dan
uang/harta yang mereka miliki.
Anak bungsu dalam kisah ini,
memberi kita banyak pelajaran. Ia tidak haya punya keinginan yang besar, namun
keinginannya membuakan hasil yang buruk dalam hidupnya. Ia lebih memilih untuk
mengambil bagiannya dan menjualnya serta pergi menghambur-hamburkan uang, pesta
pora, hidup dengan para wanita pelacur dan lain sebagainya. Akaibatnya adalah
kehilangan harta, jatuh miskin dan tidak berdaya. Ini adalah gambaran hidup
manusia, yang tidak taat dan ingin hidup tidak terarah.
Hidup atas kehendak sendiri,
tentunya berbeda dengan hidup atas kehendak Allah. Perbedaannya adalah orang
yang mengandalkan kekuatannya akan jatuh dan tidak berdaya sebelum ia kembali
kejalan yang benar. Sedangkan orang yang hidupnya bergantung pada Allah
diberkati. Contoh dalam Alkitab : Yusuf (Kejadian 39:2-5) Ia disertai Tuhan dan
apa saja yang diperbuatnya berhasil. Bukan hanya itu ia juga menjadi orantg
kepercayaan dari pada Potifar. Jadi orang yang hidup dengan Tuhan pastilah
berbeda dengan mereka yang mengandalkan kekuatan mereka sendiri.
Pria/Kaum Bapa yang dikasihi dan diberkati
Tuhan Yesus Kristus.
Sekarang kita melihat apa
reaksi dari kakak atau anak sulung sang bapa dalam kisah ini. Ia begitu kecewa
dengan ayahnya : “telah bertahun-tahun
aku melayani bapa dan belum pernah aku melangar perintah bapa, tetapi kepadaku
belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan
sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta
kekayaan bapa bersama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembeli anak lembuh
tambun itu untuk dia”(29-30). Bagaimana reaksi dari sang ayah menanggapi
pertanyaan ini : “Anakku, engkau selalu
bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut
bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali,
ia telah hilang dan didapatkan kembali”(31-32).
Sungguh dua sikap yang
berbeda soal penerimaan, yang kakak melihat sibungsu dari kejahatannya, tetapi
sang ayah melihatnya dari belas kasihan. Ia yang mati telah bangkit dan yang
hilang telah kembali. Demikian sesungguhnya tanggapan akan muncul dalam hidup
kita, dengan orang-oarang yang ada dengan kita siapapun itu, sebab pasti kenapa
mereka yang berbuat jahat, saat mereka kembali diberkati? Kita bagaiman?
Sungguh penilaian inilah yang berbeda dengan Allah. Ia tidak peduli seberapa
besar dosa yang kita buat, tetapi Ia ingin kita kembali kepadaNya dan menerima
berkat yang melimpah, keselamatan, kedudukan yang kekal dalam kerajaannya.
Dengan demikian dalam
perenungan ini, mari kita cepat menyadari dalam hidup ini, jika ada pelanggaran
dan dosa yang dibuat, untuk kembali pada bapa sebagai pemilik hidup ini. Jangan
takut dengan manusia yang membenci, bukan tugas kita membalas kebencian, namun
tugas kita adalah percaya bahwa Tuhan telah mengampuni kita dan kita akan
diberkatiNya menjadi anak-anakNya.
Jangan pernah menyerah pada
keadaan. Saat kesulitan melanda, saat badai hidup menrpa Tuhan Yesus Nahkota
sejadi akan selalu bersama dengan kita anak-anakNya. Ia tidak akan membiarkan
hidup kita, diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angina pengajaran dan permainan
palsu manusia, tetapi Ia akan menolong kita melewati samudera hidup ini dan
samapai tujuan dengan selamat.
Jadikan Tuhan Yesus yang
utama dalam hidup kita, sebab ia mengasihi kita. kasihNya tidak terbatas, Ia
ingin hidup kita diberkati. Ia pun mengharapkan kita menjadi anak-anak yang
kuat dalam menghadapi pergumulan hidup.
Kalau kita harus menderita
karena kebenaran, percayalah Tuhan Yesus telah lebih dahulu menderita supaya
saya dan saudara selamat. Jangan pernah kuatir, Tuhan Yesus berani menjamin
hidup kita. Ia dapat mengubahkan banyak hal. Ia juga dapat menunjukan,
mujizat-mujizatNya bagi kita yang berharap kepadaNya.
Percayalah Belas Kasih Allah
didalam Kristuslah yang membawa kita menjadi orang-orang pilihan, diberi berkat
jabatan dan kedudukan atas kepercayaan yang Tuhan percayakan. Jangan sombong,
tetap rendah hati dan andalkan Tuhan selalu. Tuhan Yesus memberkati kita
anak-anakNya Amin. (Alda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar